Ini Program Perumahan Ahok-Djarot

Pasangan calon Guberbur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat akan tetap melanjutkan program pembangunan rumah susun sederahan sewa (rusunawa) untuk mengatasi masalah perumahan.

Saat ini, berdasarkan data Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian PUPR, backlog atau kekurangan rumah di Jakarta mencapai 1,3 juta unit (rumah tangga).

Pembangunan rusunawa itu disebut Ahok bakal dilakukan di atas depo-depo transportasi publik seperti kereta api, light rail transit atau moda transportasi ringan (LRT), mass rapid transit atau moda transportasi massal (MRT), dan terminal bus.

Namun, Ahok menegaskan konsep sewa yang ada selama ini dalam program rusunawanya masih salah kaprah.

Menurut dia, pengertian sewa dipahami secara salah lantaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyubsidi pembayaran biaya pemeliharaan lingkungan di rusunawa tersebut.

“Orang dengan gaji Rp 3 juta lebih, nggak sanggup bayar biaya pemeliharaan apartemen karena bisa memcapai Rp 800.000 lebih. Makanya kami menyediakan itu dan dia cuma bayar pemeliharaan lingkungan yang kami subsidi 80 persen. Jadi hanya bayar antara Rp 150.000 sampai Rp 450.000 per bulan,” jelas Ahok dalam program Mata Najwa, pekan lalu.

Di dalam situs resminya ahokdjarot.id, disebutkan, jika terpilih kembali nanti Ahok bakal membangun sebanyak 50.000 unit rusunawa.

Rusunawa itu diklaim dapat menampung warga yang harus direlokasi dalam rangka pelaksanaan program prioritas seperti normalisasi sungai, refungsi ruang terbuka hijau (RTH), dan refungsi saluran.

Lantas, bagaimana dengan generasi milenial di Jakarta?

Seperti diketahui, generasi yang lahir dalam kurun waktu 1981-1994 diprediksi tidak mampu membeli rumah atau hunian pada lima tahun akan datang.

Diperlukan kebijakan pemerintah untuk bisa mengakomodasi kelompok tersebut.

Klik :  Disewakan Apartemen ST Moritz Tower Royal

Dalam programnya, Ahok mengusulkan pasangan muda generasi milenial untuk berinvestasi dengan membeli tanah di pinggiran Jakarta dan tinggal di tengah Kota Jakarta dengan memanfaatkan rusunawa yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta.

“Untuk kelas menengah ada apartemen harga kos. Kalau kamu kredit 30 tahun nggak sanggup, kemudian selama 30 tahun itu ambruk karena nggak ada yang pelihara, makanya kami jalankan program itu,” kata Ahok.

Sementara itu, bagi generasi milenial yang masih hidup sendiri atau belum menikah Ahok menyarankan untuk tetap tinggal bersama orang tuanya.

Tetapi jika rumah orang tuanya rusak atau jelek, Ahok akan memperbaiki rumah tersebut lewat program bedah rumah dengan BPHTB dan PBB gratis.

Program lainnya adalah dengan mengganti kepemilikan tanah masyarakat melalui rusun seluas 2,5 kali dari total tanah yang dimiliki.

Program ini dikatakan Ahok sangat cocok untuk orang tua yang memiliki tanah di kampung.

Teknisnya disebut Ahok misalnya orang tersebut memiliki tanah 100 meter persegi, Pemprov DKI Jakarta akan menggantinya menjadi 250 meter persegi dalam bentuk unit-unit rusun.

“Misalnya ada 1 hektar tanah kampung, kami bangunkan apartemen, setengah hektarnya jadi taman. Dia dapat 250 meter jadi kira-kira enam sampai tujuh unit apartemen sehingga dia bisa bagi ke anaknya dan sewakan, ini program 2,5 kali kami bagi orang yang punya tanah,” tutur dia.

Selain itu, program perumahan Ahok-Djarot lainnya seperti tercantum dalam situs resminya adalah mendorong pemindahan warga ke bangunan vertikal di lokasi-lokasi padat penduduk melalui skema konsolidasi lahan untuk ruang terbuka memadai.

Kemudian membangun rusunawa yang terintegrasi dengan pusat kegiatan lainnya seperti pasar tradisional, terminal, gelanggang olahraga, sekolah, dan waduk di DKI Jakarta.

Berikutnya adalah menjamin kondisi rusunawa yang ditempati dalam keadaan baik, laik fungsi, dan nyaman serta melanjutkan program pemberdayaan warga rusunawa. Kompas.com

Exit mobile version