Kaum Milenial Sulit Beli Rumah di Jakarta, Bagaimana di Bodetabek?

Suplai dan daya beli properti kaum milenial di Jakarta tak jalan beriringan. Penghasilan kaum milenial Jakarta yang didominasi kisaran Rp 4 juta ke bawah berbanding terbalik dengan suplai properti di Jakarta yang didominasi oleh properti dengan harga Rp 480 juta ke atas, atau yang hanya mampu dibeli oleh masyarakat yang penghasilannya Rp 12 juta ke atas per bulannya.

Lantas, bagaimana dengan wilayah-wilayah penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi?

Meski lebih baik, berdasarkan data yang telah diolah oleh situs properti rumah123, profil ketersediaan harga properti yang dapat dijangkau oleh kaum milenial tak jauh berbeda.

Harga properti di area penyangga Jakarta tersebut juga didominasi oleh properti dengan harga Rp 480 juta ke atas (78%). Sedangkan 22%-nya yang harganya Rp 480 juta ke bawah, dan sekitar 6% yang harganya Rp 170-280 juta.

“Ternyata yang gajinya Rp 12 juta per bulannya juga masih pusing cari rumah. Cuma bisa Rp 480 juta. Di bawah Rp 480 juta cari di mana, Jakarta sudah susah ada. Nggak usah ngomong Jakarta, Serpong aja udah nggak dapat,” ungkap Country General Manager rumah123, Ignatius Untung saat ditemui dalam jumpa pers di Branche Bistro, Jakarta.

Informasi Selengkapnya Klik :  Senopati Estate Cikande

 

Adapun persentase milenial yang mampu membeli rumah di Jakarta saat ini hanya sekitar 16,8%. Jumlah ini diprediksi terus menurun hingga tahun 2020 menjadi hanya 2,72%. Bahkan di tahun 2018, generasi milenial ditenggarai akan kehilangan daya belinya karena cicilan KPR melampaui kemampuan mencicilnya, dengan asumsi kenaikan harga properti rata-rata 20% per tahun, kenaikan gaji rata-rata 10% per tahun dan asumsi KPR 15 tahun.

“Kalau yang (penghasilan) menengah beli yang rumah murah, ini kan enggak bisa, karena itu buat masyarakat bawahnya dia. Tapi beli yang tadinya buat dia, udah enggak mampu lagi. Hal-hal kayak gini yang perlu dicermati,” pungkasnya. Detik.com