Penghasilan Tinggi Tak Menjamin Orang Bisa Beli Rumah

Ketidakmampuan orang membayar uang muka atau down payment (DP) rumah karena penghasilan yang tidak mencukupi ternyata tak selalu jadi alasan orang tak mau membeli rumah.

Hal tersebut dibuktikan melalui survei yang dilakukan oleh situs properti, Rumah123 mengenai tren perilaku pasar properti di Indonesia.

Dari 4.200 responden yang diolah tim business intelligence, didapati hasil survei bahwa masyarakat yang penghasilannya Rp 15-20 juta pun, mayoritas mengatakan tak membeli rumah lantaram belum mampu membayar uang muka.

“DP ternyata tidak selalu berhubungan dengan penghasilan. Meski penghasilannya banyak sekitar Rp 15 sampai Rp 20 juta, hampir setengahnya bilang DP itu masalah. Ini sedikit menjawab konteks orang Indonesia bahwa gaji berapapun enggak akan pernah cukup,” kata Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung dalam jumpa pers di Kanawa Coffee.

Klik : Parung Serab Residence Ciledug

Ignatius mengatakan, responden yang masuk ke dalam survei ini 60% nya merupakan yang belum pernah sama sekali membeli properti yang usianya didominasi oleh umur 22-28 tahun. Sesuai isu bonus demografi saat ini, konsumen properti pun masih didominasi kalangan usia produktif, yakni konsumen first time home buyer yang baru pertama kali akan membeli rumah.

Konsumen dengan rentang usia di atas menunjukkan bahwa properti masih belum menjadi prioritas lantaran gaya hidup yang lebih diutamakan.

“Yang diadjust itu gaya hidup kita. Sehingga orang-orang yang penghasilannya naik pun, malah bukan pikir properti tapi justru gaya hidup,” sambungnya.

Dari hasil survei, alasan belum mampu membeli rumah dikarenakan ketidakmampuan membayar DP memang menjadi yang terbesar, mulai dari rentang gaji kurang dari Rp 5 juta, Rp 5-10 juta, Rp 10-15 juta, dan Rp 15-20 juta.

Alasan ketidakmampuan membayar DP menjadi yang tertinggi dibanding alasan lainnya, seperti belum ketemu rumah yang sesuai keinginan, masih ada cicilan kendaraan atau cicilan lainnya, hingga rumah belum menjadi prioritas.

Pergeseran hasil survei baru ada pada rentang gaji Rp 20-30 juta dan Rp 30 juta ke atas, di mana alasan mereka yang penghasilannya pada rentang ini tak membeli rumah lebih dikarenakan belum ditemukannya rumah yang sesuai dengan keinginan.

“Makanya yang pemerintah bisa lakukan adalah edukasi. Properti ini adalah salah satu produk yang harganya dilepas ke pasar. Ketika produk harganya bergantung sama pasar, yang dibutuhkan adalah edukasi bukan insentif. Bagaimana caranya edukasi market, bahwa harganya akan terus naik, makanya harus buru-buru masuk,” tukasnya.Detik.com