Prospek sektor properti tahun 2017 diperkirakan lebih menjanjikan dibandingkan tahun ini.
Direktur Utama PT PP Properti Tbk (PPRO) Taufik Hidayat mengatakan, makin menjanjikannya sektor properti di tahun 2017 tak lepas dari terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
tahun 2015, pertumbuhan ekonomi nasional hanya 4,79 persen, atau menjadi yang terendah dalam enam tahun terakhir.
Tahun 2016 ini, ekonomi diperkirakan tumbuh di atas 5 persen.
“Hingga triwulan III saja, pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 5,02 persen,” ujarnya.
Dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2017, ekonomi diproyeksikan tumbuh hingga 5,3 persen.
“Pertumbuhan di atas 5 persen ini pasti akan membuat sektor bisnis properti makin bergairah,” terangnya.
Apalagi, tahun depan, pemerintah, kata Taufik juga memberikan banyak vitamin dan kemudahan untuk bisnis properti.
Klik : Dijual Rumah Baru Jalan Lontar Tanjung Duren
Antara lain, pemangkasan biaya Pajak Penghasilan (PPh) untuk pembelian rumah/properti dari 5 persen menjadi 2,5 persen.
Kebijakan ini tertuang dalam PP Nomor 34 Tahun 2016 tentang PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah atau Bangunan.
Lalu rencana pemberian bantuan uang muka untuk pembelian rumah bagi PNS, dan ikut sertanya BPJS dalam penyediaan perumahan.
“Apalagi, kalau BI rate terkontrol dan inflasi juga terkontrol, peluang bisnis tahun depan akan semakin bagus,” tegasnya.
Terlebih, jika program tax amnesty atau pengampunan pajak tahap kedua juga sukses seperti tahap pertama yang berakhir bulan September lalu.
Pada tahap pertama tax amnesty ini, uang tebusan mencapai Rp 97,2 triliun, dan deklarasi maupun repatriasi sebesar Rp 3.621 triliun (repatriasi Rp137 triliun).
“Kalau tax amnesty tahap kedua juga berhasil, dampaknya pasti luar biasa untuk bisnis properti,” tegas Taufik.
Untuk itu, PPRO yang dipimpinnya terus berusaha mengembangkan sejumlah proyek properti. Salah satunya, Grand Sungkono Lagoon (GSL) di Surabaya.
Untuk membangun Tower Caspian, atau tower kedua di GSL, pada 10 November lalu, PPRO mendapat fasilitas kredit konstruksi dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) senilai Rp 325 miliar.
Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto menambahkan, kredit tersebut bertenor 5 tahun dengan bunga yang dibebankan 9,50 persen per tahun.
“BTN memberi kredit kami, karena produk PP Properti memiliki kualitas tinggi dan konsumen selalu menantikannya,” ucapnya.
Menurut Indaryanto, dari 560 unit apartemen di Tower Caspian yang mengusung konsep sustainable design. Saat ini, pemesanan unit yang dibanderol Rp 25 jutaan per meter persegi ini telah terjual sekitar 60 persen
“Perseroan menargetkan dapat meraup marketing sales senilai Rp 1 triliun dari proyek ini,” ungkapnya.
Sebelumnya, Tower Venetian yang diluncurkan PPRO di GSL, seluruh unitnya sudah terjual habis semua.
Direktur Consumer Banking BTN Handayani menjelaskan, pemberian kredit konstruksi untuk proyek yang dibangun PPRO merupakan wujud sinergi yang bagus antara sesama BUMN.
“Apalagi, demand properti saat ini masih tinggi dan pertumbuhan industri juga bagus,” ucapnya.
Untuk itu, Handayani berharap PPRO tidak melirik bank lain untuk pengajuan kredit konstruksi atau kredit pemilikan apartemen (KPA) dari setiap proyek yang akan dibangun.
“Pokoknya, kami siap mensupport pembiayaan proyek PP Properti,” tegasnya.