Untuk mencegah dampak wabah Corona terhadap ekonomi nasional, pemerintah menyuntikkan stimulus dengan memberikan subsidi di sektor properti, khususnya pembelian perumahan.
Obat antisipasi ini dikatakan tidak hanya meningkatkan sektor properti tetapi juga dapat mempengaruhi 170 industri terkait.
Bhima Yudhistira Adhinegara, seorang ekonom di Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef), menjelaskan bahwa saat ini sektor properti di segmen menengah ke bawah masih cukup baik.
“Selama stimulus tepat sasaran, itu dapat mempengaruhi sektor-sektor lain seperti penambangan pasir, industri gelas keramik dan transportasi logistik,” kata Bhima.
Dia mengatakan, stimulus sektor perumahan yang disediakan oleh pemerintah diyakini juga akan meningkatkan kredit konsumsi perbankan, terutama pinjaman perumahan bersubsidi. Segmen bagi yang kurang mampu diperkirakan telah didongkrak dan akan berkembang.
“Setidaknya pertumbuhan kredit konsumsi tidak terlalu rendah di bawah 5%. Karena mengandalkan kredit kendaraan bermotor cukup sulit, maka KPR segmen MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) adalah solusinya,” jelasnya.
Fajar B. Hirawan, seorang ekonom di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Indonesia, menganggap bahwa pemerintah telah melakukan hal yang benar. Karena sektor perumahan adalah bagian dari sektor konstruksi.
Fajar melanjutkan jika dilihat dari struktur PDB Indonesia di sisi bidang bisnis, sektor konstruksi berada di peringkat keempat, setelah industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan / ritel.
Di sisi lain, karena virus Corona, manufaktur, pertanian, dan perdagangan / industri ritel telah mengalami koreksi karena gangguan aliran perdagangan internasional. Dengan demikian, Fajar mengatakan bahwa upaya untuk mengangkat ekonomi yang perlu dilakukan adalah memberdayakan atau mengoptimalkan potensi ekonomi domestik.
“Saya sering mengatakan bahwa guncangan eksternal sulit diantisipasi dan diintervensi, oleh karena itu guncangan internal perlu difokuskan karena lebih mungkin untuk diantisipasi dan diintervensi. Salah satunya adalah mengoptimalkan potensi sektor perumahan karena sektor ini mampu bergerak dengan sumber daya ekonomi di negara ini, “katanya.
Dia mengakui, memang harga properti saat ini cenderung stagnan. Karena itu sudah saatnya sektor perumahan bergerak di tengah gejolak virus Corona.
“Yang pasti pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat karena tahun lalu pertumbuhan kredit perbankan sangat rendah, yakni single digit. Idealnya harus bisa tumbuh double digit,” katanya.
Dijual Ruko Pamulang
Informasi Lengkap Klik : DISINI
Sementara itu, sampai sekarang, pangsa pasar KPR bersubsidi masih didominasi oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Saat ini BTN mengendalikan 90,82% dari pasar KPR Bersubsidi per Desember 2019.
Untuk pasar KPR secara keseluruhan, perusahaan juga masih menduduki posisi pemimpin pasar dengan pangsa 40,19% pada September 2019.
Sementara itu, Bank BTN juga memastikan akan mendapatkan kuota KPR bersubsidi tambahan dari pemerintah melalui skema distribusi selisih bunga (SSB).
Penambahan kuota KPR bersubsidi dalam konteks program stimulus pemerintah di sektor perumahan, sebagai dampak dari antisipasi wabah virus korona terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Utama BTN Pahala N Mansury mengatakan kuota tambahan itu khusus untuk rumah siap pakai dan tambahan rumah yang ada tahun ini.
“Jadi harapan kami adalah bahwa dengan program stimulus dan penambahan rumah bersubsidi, tentu saja, pertumbuhan bagi kami untuk rumah bersubsidi akan sedikit lebih baik. Nominal tetap belum tersedia, masih menunggu keputusan untuk meningkatkan kuota bersubsidi,” dia berkata.
Pahala menjelaskan, kuota KPR bersubsidi dalam bentuk SSB diperkirakan mencapai lebih dari 100.000 unit rumah. Dia berharap dengan tambahan kuota itu, pertumbuhan KPR sub-sektor akan semakin positif.
“Artinya kita tidak punya target revisi, jadi ini akan menjadi pertumbuhan yang lebih baik untuk rumah bersubsidi. Secara total, pinjaman tahun ini bisa tumbuh 9,5%,” katanya.
Sebelumnya pemerintah akan mengucurkan anggaran Rp1,5 triliun untuk perumahan dengan perincian Rp800 miliar dalam bentuk subsidi bunga dan Rp700 miliar dalam bentuk subsidi uang muka.
Jadi, dari total distribusi KPR 330.000 unit, FLPP memiliki 88.000, dan BP2BT 67.000 unit, sehingga ada tambahan 175.000 unit dan ini dilakukan oleh bank komersial dan kementerian PUPR. Detik.com