Tren Properti 2018 Tahunnya Generasi Milenial

Tahun Anjing Tanah sebentar lagi sudah tiba dipengujung musim. Itu artinya, kita akan menyosong tahun 2018 yang diworo-woro sebagai tahun politik. Banyak pakar yang menilai bahwa tahun 2018 adalah tahunnya generasi milenial. Anggapan itu tentu tidak berlebihan melihat bahwa bisnis startup untuk kalang muda kini tumbuh subur.

Vivin Harsanto, Head of Advisory Jones Lang Lasalle (JLL) mengatakan di tahun 2018, banyak hal yang akan dipengaruhi teknologi. Contohnya untuk perkantoran co-working space, e-commerce, dan fintech (finansial technology). “Co-working space di 2018 akan lebih banyak menyasar generasi milenial yang fleksibel. Mereka butuh kantor yang enggak mahal dan dapat disewakan harian,” ujar Vivin.

Vivin kembali mengemukakan, ada satu fenomena yang menarik di mana kemunculan Transit Oriented Developmetn (TOD) di tahun 2018. “Pengembangan-pengembangan yang berbasis TOD harus menyasar generasi milenial.  Generasi ini sudah beradaptasi dengan commuter line, beda dengan gen X yang tidak mau menunggu lama. Jadi kalau TOD entah di situ ada stasuin, stasiun KAI, commuter line, MRT, LRT, di 2018 akan menjadi sasaran,” jelasnya.

 

Untuk Informasi Selengkapnya Klik :  DISINI

 

Melihat isu yang berkembang bahwa daya beli menurun, Vivin justru melihat sebaliknya. Menurut Vivin, daya beli menurun bukan karena daya beli yang menurun melainkan lebih ke shifting dari konsumer. “Sekarang generasi milenial umurnya sekitar 25-35 tahun. Nah, kalau di umur 28-30, perkiraan baru 4-5 tahun kerja. Untuk cicilan cukup, tapi untuk DP (Down Paymet) mungkin berat. Jadi sekarang yang lebih dicari DP yang ringan. Misalnya DP dicicil 2 tahun,” paparnya.

Vivin menambahkan, Jadi daya beli itu lebih ke shift of demand, shift of demand kelas milenal yang butuh rumah. “Milenial yang umur 25 sampe 27 tidak perlu dihitung karena mereka masih suka traveling. Paling sasarannya milienial yang di atas 28 dengan kisaraan gaji Rp15-30 juta.”

Penghasilan Gen X tentu, lanjut Vivin, sudah jauh di atas itu. “Jadi kalau dari segi perumahan harus yang menyasar demografik milenal itu. Kalau mereka double income, penghasilannya bisa Rp30 sampe Rp60 juta. Kita lihat sepertiganya dari jumlah itu berati Rp10-20 juta yang bisa mereka tanggung untuk cicilan per bulannya. Tinggal developer hitung mundur aja, produk semahal apa yang ingin dikeluarkan,  Rp1,5 M, Rp 2M. Jadi sekarang dengan cicilan Rp2-Rp3 juta selama 2 tahun lalu mereka bisa KPA, saya rasa masih affordable,” pungkasnya. 99.co